Sejenak Bersama Rasulullah (Pemimpin Penunjuk Kepada Kebaikan Dan Penyelamat Dari Kegelepan)




Google Image




Lima tahun sebelum kedatangan Islam para pemuka Quraisy memutuskan untuk melakukan renovasi atau lebih tepatnya membangun kembali bangunan ka'bah.
Merupakan sebuah kehormatan bagi mereka kabilah Quraisy bisa berkecimpung dalam pembangunan Ka'bah. Oleh karena itu mulailah dari mereka membagi tugas dalam pelaksanaannya. Pada bagian pintu Ka'bah menjadi tanggung jawab bani Abdi Manaf dan bani Zuhrah, untuk bagian antara Ruknul aswad dan Ruknul yamani menjadi tanggung jawab bani Makhzum dan beberapa kabilah kecil Quraisy, untuk bani Jumah dan Sahm mendapatkan dibagian atap ka'bah, sedangkan untuk bagian antara Hijir Isma'il menjadi alih tangan bani Abdud Dar bin Qusay dan bani Asad bin Al Izzy bin Qusay bersama dengan bani 'Adiy bin Ka'ab bin Luay.

Setelah segala sesuatu sudah dipersiapkan untuk pembangunan dari perabotan hingga penghancuran sisa-sisa ka'bah yang rusak, mulailah mereka melakukan pembangunan kembali Ka'bah. Pada  saat proses pembangunan sedang berlansung, sampailah pada Rukn tempat diletakkannya Hajar Aswad, proses pembangun terhenti karena terjadi perselisihan antara mereka akan siapa yang pantas mengangkat Hajar Aswad dan meletakkan pada posisi semula ?.

Semua kabilah menginginkan kemulian mengangkat Hajar Aswad ini, tanpa ada dari satu kabilah pun yang mau mengalah demi mendapatkan kehormatan ini. Perkara Hajar Aswad kini sudah mencapai saat-saat genting yang tidak memiliki solusi lagi bahkan ada beberapa kabilah yang sudah mengumumkan perang saudara. Tidak mau kalah bani Abdud dar pun melakukan sumpah setia yang rela mati dalam memperebutkan posisi tersebut dengan memasukkan tangan kedalam bejana yang penuh dengan darah, itu semua terjadi tidak lain hanya demi ingin memperoleh kehormatan dalam meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya semula.

Masa dead-lock berjalan hingga empat sampai lima hari tanpa menemukan titik terang yang di setujui semua kabilah. Berkumpullah para pemuka Quraisy melakukan musyarawah besar membahas masalah yang sangat pelik tersebut, tersebutlah seorang yang bernama Abu Umayyah bin Al mughirah yang pada saat itu paling tua diantara para pembesar Quraisy (ada yang meriwayatkan bernama Mahsyam bin Almughirah yang di beri kun-yah Abu Huzaifah), Abu Umayyah mencoba memberi solusi : 

"wahai para Quraisy, serahkanlah keputusan peletakan Hajar Aswad itu pada orang yang pertama sekali memasuki pintu ini (seraya menunjuk kepintu Shafar)."
Semua yang hadir pada musyawarah tersebut menyetujui akan keputusan Abu Umayyah, dan mereka mulai menunggu siapa yang pertama masuk akan pintu tersebut.
Wal hasil, siapakah orang tersebut..?

Orang pertama yang memasuki pintu tersebut beliau adalah baginda nabi Muhammad Saw., ketika mereka melihat ada yang memasukinya sontak semua berteriak :
"ini dia Al Amin yang terpercaya, kami ridha atas segala keputusannya."
Mereka menceritakan akan segala perihal yang terjadi sehingga melihat Nabi Muhammad memasuki pintu Shafar dan menjadikannya orang yang akan meletakkan Hajar Aswad.

Rasulullah saw berkata : "bawakanlah kepadaku sepotong kain".

Kemudian beliau mengambil Hajar Aswad dengan Tangan mulianya dan meletakkan ditengah kain tersebut dan berkata : 

"hendaklah bagi setiap pemimpin kabilah memegang di sudut kain, dan angkatlah bersama-sama...!".

Hajar Aswad sudah berada diatas kain, kemudian diambil oleh Rasulullah dan meletakkannya pada Ruknul Aswad tempatnya semula, kemudian para kaum Quraisy kembali melanjutkan pembangunan Ka'bah yang sempat terhenti.

Sebelum kita melangkah terlalu jauh dalam mensifatkan tentang Nabi kita Muhammad Saw kita harus menyakini dulu bahwa beliau di utus oleh Allah Swt sebagai pemberi kabar gembira bagi seluruh umat manusia dan pemberi peringatan akan azab yang sangat pedih nantinya di Akhirat bagi mereka yang tidak beriman.

Tidak dapat diragukan lagi akan terpilihnya Nabi Muhammad Saw sebagai Rasulullah sangat cocok dengan pribadi beliau yang cerdas, memiliki kedudukan yang tinggi dan berbagai kelebihan lainnya, sehingga beliau mampu dalam mengatasi setiap permasalahan yang akan menimpa beliau dan kaum-nya Shallahu 'alaihi wasallam.

Sikap bijak Rasulullah Saw dalam menyelesaikan perselisihan yang timbul ketika peletakan Hajar Aswad menjadi salah satu bukti kebijaksanaan dan kecerdesan beliau yang penuh hikmah, dimana pada saat itu Rasulullah Saw mampu menghidupkan budaya cinta perdamaian dan membumi hanguskan akidah pertumpahan darah yang telah mengalir disetiap pembuluh darah bangsa Arab saat itu, hanya dengan menggunakan tindakan yang sangat sederhana yang jarang terpikir oleh orang banyak.

Dari Rihlah kita bersama Rasulullah Saw tadi kita bisa menanamkan pada diri kita akar yang kuat kesetiap centi dari titik hati kita bahwa Rasulullah Saw Rahmatan lil'alamin rahmat bagi sekalian alam, walaupun sebelum beliau di utus untuk menyampaikan Risalah kerasulan. Beliau selalu memiliki misi dalam mengglobalkan perdamaian, membudayakan keadilan dan menghidupkan pundi-pundi cinta akan sesame makhluk.

Tidak ada pujian yang bisa di jangkau oleh lisan kita yang sampai pada derajat kemulian Rasulullah kecuali apa ang Allah firmankan dalam Alqur’an “wa innaka la ‘ala khuluqin adhim”, beliau adalah sang pemimpin pemberi petunjuk kepada kebaikan, sang penyelamat dari kegelepan mata dan hati.
Waallahu 'alam.[1]



[1] *Dikutip dari kitab Seratus Pancaran Cahaya Dari Kehidupan Baginda Nabi Muhammad SAW.