Sejenak Bersama Rasulullah (Pelajaran Keimanan)


Google Image
Ketika Rasulullah Shallahu alaihi wasallam berada dirumah Ummu Salamah Radhiallahu ‘anha, pada saat Ummu Salamah memasuki kamarnya beliau tidak mendapati Rasulullah disana, beliau mencari di seputaran rumah dan mendapati Rasulullah berada di sudut lain rumah sedang bermunajat kepada Allah dengan terisak seraya berucap :

“ya Allah… kekalkan lah kepadaku setiap kebaikan yang sudah engkau anugerahkan kepadaku dan jangan pernah Engkau mengharamkannya dariku…
ya Allah… janganlah Engkau meninggalkanku dengan segala urusanku, membiarkan diriku hidup tanpa bimbingan dari-Mu…
ya Allah… janganlah Engkau biarkan musuh-musuhku dan para pendengki memperoleh kemenangan atas diriku…
ya Allah… janganlah Engkau membalikkan hatiku kepada kesesatan yang telah engkau buka kepada kebaikan…
ya Allah… jadikanlah diriku senantiasa pada jalan-Mu jalannya para nabi-Mu, dan orang-orang shaleh sebelumku…”
Ummu Salamah tidak ingin mengganggu munajat Rasulullah dan memilih menyimak kata perkata dari doa Rasulullah, setelah mendengar setiap kalimat dari munajat Rasulullah Ummu Salamah menitikkan air mata sebagaimana Rasulullah menangis terisak dalam munajat-nya tadi.
Rasulullah bertanya : “apa gerangan yang membuat dirimu menangis wahai Ummu Salamah…?”

“ya Rasulullah… engkau adalah seorang yang derajatnya sangat tinggi di sisi Allah, dan Allah telah menjamin pengampunan atas setiap dosa mu yang telah berlalu dan yang akan datang, dan engkau berdoa kepada Allah agar selalu menjagamu dan membimbingmu…
selalu menjauhkanmu dari keburukan… senantiasa menganugerahkan kebaikan kepadamu…
bagaimana denganku wahai Rasulullah…? Derajatku  sangat jauh jika di bandingkan dengan engkau… aku hanya manusia biasa yang kapan saja bisa terjerumus kepada dosa…
tidak dengan engkau… karena itu aku menangis wahai Nabi Allah…” jawab Ummu salamah.
Rasulullah berkata : “wahai ummu salamah… tidak ada yang membuatku aman kecuali penjagaan Allah akan diriku… Allah telah menbiarkan Yunus ‘alaihissalam sekejap dalam wewenang dirinya… dan apa yang terjadi kita sudah mengetahuinya “
Dari sejenak kita bersama Rasulullah tadi kita bisa menilai siapa diri kita, dan ternyata kita tidak lebih hanyalah manusia… Manusia seperti apakah kita…?
Manusia yang sering beranggapan dirinya sudah selamat dihari kelak ketika mereka sudah beriman saja, dan yakin surga sudah jadi tempatnya…?
sangaaaaat jauh… dan sangat jauh…
Sungguh sangat menyedihkan jika kita beranggapan demikian, selamat dari api neraka, sedangkan Rasulullah saw. yang sangat agung dan tinggi derajatnya, tindakan dan perkataannya adalah wahyu… Beliau terus menerus bermunajat kepada Allah sang penguasa semesta dengan air mata yang menganak sungai di kedua pipinya, berdoa dengan penuh kerendahan diri meminta agar dirinya selalu berada pada jalan yang lurus, dan cahaya keimanan selalu menerangi hatinya… semua yang Rasulullah lakukan semata hanya ingin mencapai keridhaan dari Allah swt. Yang mana akan membuahkan akhir yang baik. Iman kita dengan iman Rasulullah sangatlah jauh berbeda, kita berada belapis-lapis dibawah kerak bumi sedangkan Rasulullah di tingkat paling tinggi sehingga tiada kata yang sampai kepada tingkatan tersebut.
Sejarah sudah mengabadikan sangat banyak kejadian yang dimana manusia sering menyimpang dari jalan lurus yang dulunya ia adalah seorang yang menjunjung tinggi hakikat keimanan, akan tetapi ketika dia sudah merasa mampu membimbing dirinya mulailah dunia menyeretnya kedalam kesesatan dan menenggelamkannya ke dasar lautan orang-orang yang lalai. Rasulullah mengambil contoh dari sikap beliau tersebut berdasarkan apa yang sejarah rekam, dimana saat Nabi Yunus ‘alaihissalam mengambil jalan keluar atas inisiatif dirinya untuk pergi meninggalkan kaumnya dan apa yang terjadi beliau di telan oleh ikat paus dan mengalami kesusahan padahal beliau hanya sesaat melakukan pekerjaan atas keinginannya tanpa bimbingan dari Allah. Ini adalah panggilan hati, panggilan kesadaran kepada seluruh orang mukmin agar selalu berpangku kepada Allah dan tidak pernah tertipu dengan apa yang terlihat oleh mata, karena syaithan selalu bermain dan memperindah setiap amalan manusia sehingga dia menilai orang lain atau dirinya sudah berhak masuk surga dan nereka sangat jauh darinya…
Kita selaku manusia hendaklah selalu meminta taufik dari Allah walupun iman kita setinggi langit dan jangan terpedaya dengan itu sehingga segala amal kita bukan menjadi pahala akan tetapi maksiat. Nauzdubillah…
Jika saja kita bisa memposisikan diri kita dalam setiap tindakan sebagaimana yang Rasulullah teladankan apalagi dalam masalah keimanan niscaya tempat yang paling pantas bagi kita adalah berada bersama para auliya’ dan orang-orang shaleh. Adakah di antara kita yang imannya melampaui iman Rasulullah…?

Waallahu’alam.
    


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »