Ketika Fanatisme Menbutakan Hati


 
Google image
Suatu hari seorang anak berkata pada ayahnya:

Anak : “ayah… Aku sangat benci melihat dia(seraya menunjuk kearah kawannya).
Ayah: “kanapa kamu benci dia anakku….?”
Anak: “di sekolah dia selalu menjawab ketika ibu guru bertanya, dia banyak kawan, kaya lagi, pasti dia sogok ibu guru itu biar tanya selalu sama dia dan dia pasti juga jelekin aku didepan teman-temannya biar temanku berkurang.”

Ayahnya hanya tersenyum kemudian berkata :” anakku…. Kamu pasti merasa hidup kamu itu tidak akan pernah puas, bahagia, dan senang selama sifat ini kamu simpan.”

Anak ini jadi bingung kemudian bertanya :”kog aku gak tenang, gak bahagia, gak puas ayah…?, padahal kan aku punya banyak mainan, uang juga banyak yang ayah berikan, kawan juga banyak, kog ayah bilang gitu…?”

Ayahnya menjawab: “itulah yang dinamakan dengan hidup anak ku, hidup itu kompetisi , untuk jadi yang terbaik itu harus dengan jujur walau kita kalah.walau lawan kita itu curang kita tetap harus husnuzdhan.
kita tidak pernah merasa tenang hidup selama kita berpikiran orang lain itu jelek, menganggap orang lain itu curang, dan kita berusaha ingin menghancurkan orang itu. Padahal upaya yang kita buat itu bukan MENHANCURKAN akan tetapi malah menbuat dia jadi tambah MAJU.”

"Anakku… Jika kamu merasa dirimu lebih baik dari dia, dan ingin disayangi guru, jawablah pertanyaan guru ketika dia bertanya, bukan menjelekkan kawan kita,karna orang bijak pernah berkata ” bukti orang tidak tenang ialah ia selalu ingin menang sendari, bukan maju bersama-sama.”

“Anakku…! Bukalah matamu untuk bisa melihat dengan jernih, buanglah segala sifat jelekmu itu…”

Kata mereka :
'Jika anda merasa diri lebih baik dari orang lain, atau bahkan lebih mulia dari orang lain, maka itu artinya anda lebih hina dan lebih nista dari orang tersebut..'

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »