Sepucuk Surat Dari Ibunda...


 
Google image


Untuk Ananda tersayang di negeri yang di berkahi

 
Engkau Sang Merpati putih-ku
 
Merpati-ku…
aku yakin kalau kamu itu merpati yang terbaik, merpati pilihan…
aku gak pernah ragu membiarkanmu untuk terbang jauh karna aku tau kamu pasti akan kembali, sayapmu begitu kuat untuk badai dunia ini, paruhmu begitu tajam kalau hanya untuk mematuk ulat, aku lepaskan dirimu untuk bisa mematuk ular demi mengasah ketajaman paruhmu.

Merpatiku…
Kamu tahu tidak…? Disaat gemgamanku akan tubuhmu tidak lagi rapat, disaat itulah bendungan air mataku tak lagi kokoh, ombak mutiara yang ada dibalik kelopak mataku begitu tangguh menabrak setiap sudut tanggul di mata ku sehingga tanpa kusadari butiran mutiara ini bergerak maju mengisi dua danau di pipiku, lesung pipi yang selama ini selalu kering dengan senyuman kini terisi dengan butiran air mata terharu penuh kebanggaan, akan kah danau itu kembali kering dengan kepulanganmu merpatiku….?
Ataukah dia akan selalu tergenang oleh dirimu tak pernah kembali…?

Segumpal daging merah dalam dadaku berharap mendapatkan percikan mata air bahagia yang engkau bawa tatkala dirimu kembali.
Lesung di pipi bermimpi tidak lagi penuh dengan air mata yang mesyesak kan akan tetesan embun kesejukan percikan dari tanah impian yang kau jelajahi.\

Aku pasrahkan segala keadaanmu kepada yang kuasa merpatiku, dirimu begitu besar sehingga aku tidak pantas menjadi tuanmu saat ini, aku begitu lemah sehingga tak pantas untuk menjaga mu yang sangat kuat,
Ilmu ku begitu sempit sehingga tak mampu menggapai luasnya pengetahuanmu, sebab itulah aku menbiarkan mu terbang sejauh yang engkau mau…

Bukanlah aku tak mampu jadi tuanmu, aku hanya ingin dirimu lebih baik dariku.
Terbanglah kemana yang engkau mau wahai merpati ku, gapailah apa yang engkau cita-citakan, bukankah binder mu pernah menulis “harta yang sedikit itu bukanla sebuah kekurangan, qana’ah adalah kunci setiap kepuasan, tidak salah untuk mencoba…!”

Merpatiku…
Jika engkau sudah sampai di tujuan mu jangan lupa kau ukir namaku sebagai bukti engkau ingat kepadaku, jika suatu saat nanti aku bisa mengembara seperti mu betapa bahagaianya diriku ketika melihat namaku sudah tertera disana.

Merpati ku..
Warna mu putih suci ketika aku melepaskan mu, jangan engkau kecewakan aku dengan warna hitam yang kotor tatkala engkau kembali, kembali lah dengan warna putih suci lagi bercahaya sehingga bisa menerangi gelapnya jalan orang di sekitarmu.

Merpatiku…
Di kakimu aku ikat pita berwarna biru tanda bahwa dirimu pergi untuk kembali.
Orang bijak berkata :
” Jangan pernah ragu membiarkan merpati terbaik terbang jauh. Yang terbaik selalu mampu pulang.”

Kaulah yang terbaik.

                                                                                                                Salam rindu

                                                                                                                
                                                                                                               Ibumu tercinta.

Tak terasa air mata kini menbasahi pipiku, aku yang selama ini begitu keras, tak pernah meneteskan air mata, kanapa saat surat dari mu air mata ku tak bisa aku bendung…

Apakah kerinduanku akan keluargaku telah lama aku pendam tanpa aku sadari…?
Atau hanya karena keadaan di negeri ini sedang terjadi konflik ». yang menyisakan puing-puing trauma dua tahun lalu yang menimpa aku dan dua sahabatku sehingga kami harus mendekam di penjara selama satu hari….?

Aku tidak mengerti, jika semua ini adalah penyebabnya, jika saja iya sudah barang tentu aku bukanlah merpati yang terbaik, jadi aku hanyalah seekor capung yang terbang mengikuti arah angin…?
" It’s impossible, I can’t be like that, I’m a pigeon, and i can fly where i need, where i want."

Aku merasa terlalu amat lemah, jika kerinduan akau ibu-bapaku datang menghampiri, biar orang berkata cengeng asal air mata ini bisa jadi penawar rindu-ku bagi mereka.

Tak kuasa aku melipat surat yang engkau titipkan lewat sahabatku tiga bulan lalu ibu, ingin rasanya aku tertidur dengan surat ini karena disana ada wajahmu yang sedang tersenyum.

Aku beranjak menuju kamar mandi berwudhu’ demi menghadap sang pencipta rindu.
Aku berbaring di kasur kesanyanganku dengan tatapan kosong menunggu mataku terpejam.

Tanpa kusadari ternyata sahabatku mengerti apa yang aku rasakan saat ini, dia mengerti aku, mengerti sifatku, padahal aku sudah berusaha menutupi semua ini.

Dia mendekati ku..

” mul…! Ente lagi kangen sama mamak ente kan…? ana tau ente tu anak terakhir, ana punya adek, jadi ana tau gimana sifat anak terakhir itu, lagian kita sudah berteman lebih dari tujuh tahun,..

Sudah lah mul, kalau lagi bersedih jangan lama-lama, tu sajadah ada wudhu’ sana nangis di Depan Allah biar ente di beri ketabahan dan kesabaran dalam menjalani ini, ini kan pilihan ente dulu,.. ya gak..?
Mereka baik-baik saja insyaallah” ujar temanku yang akrab di panggil Habib
.
Aku menoleh kedia tanpa kata hanya bisa tersenyum.

” gitu donk…! Kan manis gitu, enak diliat kalau ente senyum… Hehehe ” canda dia.

Dalam hati aku berkata :" manknya aku kalau gak senyum senyum hambar gitu…Yohohohoho"

“Habib… Makasih ya…"

"Ente dah jadi sahabat baik ana, walau ana belum bisa jadi sahabat yang baik… Hehehe” ujarku…

Aku terbangun tatkala azan shubuh berkumandang, aku tidak tau dimana akhir dari cerita kami, yang aku ingat hanya dua kata, kanada dan nikah… chiii...chiii...chii..chi..

Kanada adalah negeri impianku setelah negeri seribu menara ini, sedangkan nikah nikah adalah salah satu dari banyaknya planing si Habib, dia ingin nikah setelah dapat gelar LC… 
 
Seperti biasanya aku bergegas untuk shalat shubuh berjama’ah karena jarak antara mesjid dan apartemen tempat kami tinggal hanya 10 meter.

Hari itu aku berharap kerinduan akan orang tua-ku dan impian-ku ke KANADA bisa jadi pertamax motor-ku dalam menjalan kan misi-ku di negeri kinanah,begitu juga semangat nikah sahabat-ku si Habib semoga Allah jadikan juga sebagai bahan bakar motivasi dia.
Sekian…

“motivasi itu bisa berbentuk apa saja, walau hal itu jika di pikir dengan akal sehat tidak munkin, tapi yakinlah… Dan yakinlah… Dan yakinlah… Pencipta keyakinan dan impian itu selalu menberi yang terbaik”

Ssssst...

"impian manusia itu tidak pernah mati..."  Marshal.D.Teach

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »