Sejenak Bersama Rasulullah Saw. ( Kalimat Tauhid )


Google Image





Sepulangnya Rasulullah dari perang khaibar, beliau mengutus usamah bin zaid dengan kumpulan tentara kuda kedaerah perkampungan yahudi di Fadak untuk menyebarkan agama islam. 
Terdengarlah akan kedatangan utusan Rasulullah di telinga seorang laki-laki yahudi yang bernama mardasy bin nahiq al fadaky, kemudian dia bergegas mengumpulkan keluarga dan harta seraya berdiri di sebuah bukit dan berucap “aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah”. Usamah datang menghampiri dan membunuhnya.

Sekembalinya usamah dari misi tersebut, beliau menceritakan akan kejadian tersebut kepada Rasulullah.
Rasulullah bertanya :”engkau membunuh seseorang yang mengatakan dua kalimat al-tauhid…?”.

Usamah berkata :” sesungguhnya dia berucap demikian hanya untuk mencegah dari kematian, wahai Rasulullah…”.

Kemudian Rasulullah bersabda :”engkau tidak menbelah dadanya sehingga mengetahui apa yang ada dalam hatinya, tidak mau menerima dari ucapan yang keluar dari lidahnya, dan engkau juga tidak tahu akan apa yang ada dalam dirinya…”.

Sejak saat itu usamah bersumpah tidak akan membunuh siapa saja yang mengucapkan “asyhadualla ilaahaillahu wa anna muhammad rasulullah”.
Dua kalimat tauhid adalah gambaran dari kekokohan risalah nabi Muhammad. Dengan dua kalimat ini kehormatan, martabat manusia, dan kehidupan manusia terjaga.

Dua kalimat tauhid ini yang menbuka pintu persaudaraan antar kaum muslimin, serta memberi hak dan kewajiban bagi sesama.
Pertumpahan darah dalam agama ini dianggap sangat tabu bahkan dijadikan sebagai perbuatan kriminal nomor satu, sehingga tidak di tumpahkan kecuali pada jalan yang haq.
Tidak jauh berbeda dengan kehidupan yang sedang kita susuri saat ini, jarang sekali kita menjumpai orang yang bermu’amalah dengan saudara tanpa ada prasangka dan praduga, padahal prasangka dan praduga itu selalu keluar dari sebuah kebenaran.

Selaku kita umat Nabi Muhammad saw marilah kita duduk sejenak, belajar cara bermu’amalah dengan hal-hal yang tidak kita ketahui (ghaib) tanpa ada prasangka buruk kepada sesama.

Akan tetapi melalui perenungan, pemikiran yang cermat sehingga kita tidak terjerumus dalam kesalahan bahkan dalam sebuah kemaksiatan kepada Allah.

Naudzubillah.


*Dikutip dari kitab Seratus Pancaran Cahaya Dari Kehidupan Baginda Nabi Muhammad SAW.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »