Akhwat Primadona 2, Dilanda Kebingungan

Google image




Hari itu munkin menjadi hari kebahagiaan bagi sebagian peserta testing ke Al Azhar, juga hari kesedihan bagi sebagian peserta karena pada hari itu adalah pengumuman kelulusan.
Aku jadi bingung sendiri ketika mendapatkan namaku tertulis lulus dengan nilai 70. apakah ini pertanda baik ataukah pertanda buruk, masalah nya aku malah sedih lulus ke Al Azhar setelah mengetahui biaya untuk berangkat kesana mahal.


Aku perhatikan satu persatu nama-nama peserta yang lulus, alhamdulillah ternyata kedua sahabatku juga lulus. Hatiku terasa berbunga-bunga, mataku berkaca-kaca saat melihat nama Tata syntia lulus dengan nilai 72, dua angka lebih banyak dari ku.
Aku bersyukur dia lulus bahkan aku sangat bahagia bidadari tanpa sayap itu ternyata lulus ( nama nya aja bidadari, dia kan sudah bisa terbang kemana saja yang dia suka, tapi kali ini ke kairo ) alhamdulillah.


Aku mengurus segala perlengkapan yang perlu aku bawa, segala administrasi yang perlu kulunaskan walau penuh hambatan ( masalah hambatan dan rintangan akan aku ceritakan dalam kisah lain bukan disini), akhirnya selesai dan tinggal menunggu hari keberangkatan yang sudah di tentukan.
Dua hari sebelum keberangkatan aku menerima sebuah pesan singkat dari Tata memintaku membantunya nanti buat bawa sebagian barang-barang nya ( sejak kapan aku jadi tukang bawa barang ya...? Berani sekali anak itu minta bantu ...! Yaaah.. Walau dalam hatiku sangat senang membantunya...hihihi ).Aku hanya mengiyakan permintaan dia.
Tibalah Hari dimana kami berangkat. Aku diantar oleh seluruh keluargaku tak terkecuali teman-temanku.

Kulihat ibuku duduk sedih terharu akan menit menit kepergian anak bungsunya, ingin rasanya dia menahan diriku pergi, tapi apalah daya demi cita-cita putranya dia harus kuat dan tegar.
Sesaat aku hampir lupa kalau ternyata didekat ibuku duduk ibunya Tata yang sejak tadi sudah mengobrol dengan ibuku. Dalam hati aku bergumam : " akankah saat-saat seperti ini terulang lima atau enam tahun kemudian, saat aku datang bersama ibuku melamar dia...? " yahohohoho ...
" dek alief...! Dimana kamu meletakkan uang Dolar yang sudah di tukar kemarin...?" tanya ibuku menghilangkan lamunanku.


" dalam saku mak..." jawab ku serta mengeluarka uang dolar yang sudah terlipat-lipat.


" hati -hati... Itu uang yang banyak harganya walau cuma beberapa lembar..." ibuku mengingatkan.


" get mak..." jawabku dengan logat aceh.


Tiba-tiba ibunya Tata menyahut : " nak alief...! Uang dolar itu gak boleh dilipat-lipat, ntar harganya turun ( kalau di indonesia uang dolar itu harus selalu baru, tapi di kairo mau dilipat keseratus lipatan masih sama harganya ) " 
"simpan di dompet aja biar gak kusut uangnya " lanjut ibunya Tata.


Sontak saja ibuku panik, maklum beliau dari perdesaan melihat uang Dolar aja baru pertama kali, di tv juga gak pernah beliau lihat karena memang dirumahku tidak memiliki televisi.


" dek alieef...! Simpan di dompet aja uangnya, dengar tu kata ibunya Tata...!" suruh ibuku.


" Iya mak..." jawabku patuh.


Aku hanya menuruti setiap kata petuah dari orang tua, siapapun mereka selama petuah mereka tidak melanggar hukum Allah.

Dalam keadaan demikian aku sempat berpikir : " alangkah indahnya jika dua ibu ini kedua-duanya adalah ibuku, satu ibu kandung satu lagi mertua....! Wkwkwkwkw , emang dasar anak laki-laki yang baru puber mikirnya nikah, mertua, kakak ipar ".
Aku berusaha menepis pikiran tersebut.
" bu...! Tata kemana...? Kok saya ngak melihat dia dari tadi...? " tanyaku sama ibunya Tata.


" oh ya... Tata tadi lagi bersama kawan-kawannya yang ikut datang mengantar." jawabnya.

" mak...!" suara anak gadis memanggil dari jauh.


" tu dia nak alief...!" ibunya tata melihat kearah ku.
Aku jadi malu tanpa bisa berucap apa-apa.

" Mak...! Kami harus chek-in dulu kemudian lansung menuju ke lobby penumpang dan nunggu pesawat, jadi gak bisa keluar lagi ". Tata berbicara kepada ibunya seolah ingin membuat ibunya bisa melepaskan dia.


Aku melihat ada butiran mutiara tertahan ingin keluar dari dua bola mata ibunya Tata, tapi beliau tahan demi cita-cita seorang putri tercintanya.
Aku tahu kalau chek in juga berlaku bagi ku, jadi aku lansung mengambil ransel dan koper segera menuju dekat pintu masuk, dan berpamitan sama ibu, ayah dan kedua abangku tercinta.


" dek alieef...! Adek harus ingat selalu ya apa yang sudah adek pelajari disini, jangan berubah ke pemikiran yang lain apalagi pemikiran yang extreme, jadilah anak yang baik, tuntut lah ilmu dan segera pulang kalau sudah selesai. Jangan lupa selalu berzikir dan selalu ucapkan ' laailaahaillallahu malikul haqqul mubin', selamat jalan anak ku
Semoga sampai tujuan...!" ibuku menasehatiku panjang lebar sebagai kata perpisahan.


Aku hanya menjawab : " insyaallah mak...!" dua kata agar air mataku tidak tumpah, berharap ibuku tidak khawatir.


Sesampai di lobby penumpang, kulihat Tata duduk bersama beberapa akhwat lain nya. Dia berpaling padaku serta tersenyum, aku balas senyumnya semanis munkin.


Ternyata senyum dia ada maunya.


" alief...! Tas anta masih muat gak masukin buku ana dua buah dan tas kecil ana...? " tanya dia.


Aku melihat dari wajahnya ada rasa berharap, tanpa pikir panjang aku jawab : " ada ni, mana bukunya biar ana masukin...!".Ada rasa senang dimata dia saat aku rela membantunya.

Singkat cerita aku dapat nomor kursi berurutan dengan Tata. 


" alief boleh gak ana duduk dekat jendela...? Soalnya ana belum pernah naik pesawat sebelumnya jadi mau lihat-lihat...". Minta Tata padaku.


" boleeh jawabku ". Lagian untuk pujaan hatiku apa sieh yang gak rela aku lakukan, semua rela demi dia. So sweeet kan...?


Sesampai di kairo aku tidak pernah membuka facebook ku hingga dua bulan kemudian, dan tidak pernah lagi berkomunikasi dengan Tata.
pada hari setelah pengumuman akan kegagalan ku masuk kuliah tahun ini, aku ingin berhibur diri dengan mencari warnet membuka fb berharap ada kabar baik di dunia lain, dunia maya maksud ku hehehhe, disana ada kabar baik dari abangku.


Aku melihat ada beberapa inbok yang masuk, ternyata Tata tidak melupakan ku, dia mengirim pesan sejak dua pekan yang lalu menanyakan bagaimana kabar diriku. Aku balas setiap inbok yang masuk dan kutinggalkan pesan pada wall abang ku berharap dia tidak kecewa sebab aku tidak bisa masuk kuliah tahun ini.

Sejak kami berada di kairo, jarak aku dan Tata makin jauh, tidak pernah berkomunikasi lagi. terakhir kali saat aku ucapkan selamat atas kelulusannya dikuliah dan menjadi mahasiswi tingkat II di kuliah.


Aku tidak sebanding dengannya,jika dilihat dari prestasi akademik dia sudah tingkat II, sedangkan aku baru terdaftar jadi mahasiswa. Setiap cita-citanya berjalan mulus , bahkan dia sudah menjadi mahasiswi terbaik di kekeluargaan.
Jauh pasak dari tiang itulah ibarat yang pantas di ucapkan dihadapanku.

Aku mencintainya, haruskah aku melepaskannya...?

Hatiku berkata : 
" cintailah dia sebelum emas terikat di jari manisnya, tapi jangan pernah engkau ungkapkan rasa cintamu itu padanya karena dia belum halal bagimu, simpanlah ungkapan cinta itu hanya buat istrimu alief."

Lain dengan akal pikiran ku dia berkata : 
" lupakan Tata,..! Bukankah engkau tidak sebanding dengannya ?, Bukankah kalian seumuran ?, Bukankah dia mahasiswi primadona di kekeluarganmu di kairo ?, Kamu berasal dari keluarga biasa-biasa bahkan bisa di bilang tidak mampu, masihkah engkau berharap akan wanita perfect seperti dia ?, Lupakan dia dan buatlah jarak yang jauh denganya, InsyaAllah kamu tidak akan menyesal apalagi sakit hati dan akan selalu bahagia dengan jalan akal sehat ini, kalau lah kamu sudah mampu dan masih ada kesempatan nantinya lamar dia, tapi bukan dengan mencintai dia saat ini...".

" karena cinta tidak harus memiliki,tapi milikilah cinta sehingga engkau akan memiliki segala-galanya ".


Hanya kata itu yang aku pegang walau aku harus merasakan sakit yang tidak akan pernah sembuh sebelum dia menjadi istri orang lain.
Aku juga harus menderita dengan rasa rindu yang tiada tara, hanya pesan inbok dari dia yang menjadi obat akan hati yang merindu.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »